5 Kesalahpahaman Umum Tentang Kanker Payudara yang Harus Anda Ketahui

Sekitar 1 dari 16 wanita Singapura akan didiagnosis menderita kanker payudara seumur hidupnya – menjadikannya jenis kanker yang paling umum di antara wanita di Singapura. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, para peneliti telah menemukan bahwa faktor hormonal, genetik, gaya hidup, dan lingkungan dapat memengaruhi risiko kanker payudara. Namun, ada beberapa wanita yang tidak memiliki faktor risiko yang dapat mengembangkan kanker ini dan wanita lain yang dianggap berisiko tinggi namun tidak pernah mengalaminya.

Gejala kanker payudara juga sangat bervariasi. Banyak pasien sering menemukan benjolan pada payudara mereka, yang disebabkan oleh akumulasi sel yang membelah dengan cepat. Beberapa pasien mengalami iritasi kulit atau pembengkakan, sementara beberapa lainnya tidak mengalami gejala sama sekali. Itulah mengapa sangat penting bagi wanita untuk melakukan tes skrining kanker, seperti mammogram, yang dilakukan setiap tahun atau setiap 2 tahun sekali, tergantung usia.

Meskipun telah terjadi peningkatan kesadaran tentang kanker payudara dalam beberapa tahun terakhir, sumber informasi yang sangat luas telah menyebabkan banyak kesalahpahaman tentang jenis kanker ini.

Berikut ini adalah kebenaran tentang 5 kesalahpahaman tentang kanker payudara.

5 Common Misconceptions About Breast Cancer You Should Know

Kesalahpahaman #1: Mammogram tidak diperlukan jika Anda tidak dapat merasakan adanya benjolan

Pertama dan terutama, tidak merasakan adanya benjolan bukan berarti Anda tidak menderita kanker payudara. Sebagian besar benjolan tidak dapat dirasakan dengan tangan Anda hingga berukuran minimal 1 cm.

Di sisi lain, mammogram dapat mendeteksi lesi sekecil 0,5 cm. Mammogram adalah rontgen dosis rendah pada payudara yang dapat menemukan kanker pada tahap awal ketika pengobatan paling berhasil. Mammogram sering kali dapat mendeteksi perubahan payudara akibat kanker bertahun-tahun sebelum gejala fisik muncul.

Faktor-faktor tertentu seperti memiliki riwayat kanker payudara dan mutasi gen yang diwariskan dianggap dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker payudara. Wanita dengan risiko sedang sebaiknya mulai melakukan skrining dengan mammogram tahunan mulai usia 40 tahun, sedangkan mereka yang berisiko tinggi sebaiknya melakukan mammogram dan MRI payudara sejak usia 30 tahun.

Penelitian selama bertahun-tahun telah menunjukkan bahwa wanita yang melakukan mamografi secara teratur lebih mungkin untuk melakukan deteksi dini kanker payudara – sehingga mereka cenderung tidak memerlukan pengobatan agresif seperti kemoterapi dan pengangkatan payudara, serta memiliki peluang lebih tinggi untuk sembuh. Dengan demikian, pemeriksaan sendiri tidak dapat menggantikan mamografi reguler.

Kesalahpahaman #2: Menggunakan deodoran dapat menyebabkan kanker payudara

Ada beberapa klaim yang menyatakan bahwa penggunaan antiperspiran ketiak dapat meningkatkan risiko kanker karena mengandung aluminium dan bahan kimia yang terserap ke dalam kelenjar getah bening dan masuk ke dalam sel payudara. Ada juga yang berpendapat bahwa ketika antiperspiran menghentikan keringat di ketiak, antiperspiran mencegah pelepasan zat beracun dari kelenjar getah bening, yang juga meningkatkan risiko kanker.

Namun, tidak ada bukti hubungan antara penggunaan deodoran dan kanker payudara. Antiperspiran bekerja ketika garam aluminium memblokir kelenjar keringat, bukan kelenjar getah bening. Sebagian besar karsinogen dibuang melalui ginjal atau hati dan diekskresikan. Penting juga untuk dicatat bahwa kanker payudara dimulai di payudara sebelum menyebar ke kelenjar getah bening, bukan sebaliknya.

Kesalahpahaman #3: Kanker payudara hanya menyerang wanita yang lebih tua

Kebanyakan orang terjebak dalam pemikiran bahwa kanker payudara tidak menyerang wanita muda. Meskipun benar bahwa wanita di usia yang lebih tua merupakan faktor risiko paling menonjol untuk terkena kanker payudara, wanita yang lebih muda juga berisiko. Sekitar 13% wanita Singapura yang didiagnosis menderita kanker payudara berusia di bawah 40 tahun.

Wanita dari segala usia harus melakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan dan memperhatikan setiap perubahan yang tidak biasa pada payudaranya.

Kesalahpahaman #4: Mengenakan bra sepanjang hari menyebabkan kanker payudara

Anda mungkin sudah sering mendengar dari media dan internet bahwa mengenakan bra dapat meningkatkan risiko kanker. Kekhawatiran di baliknya adalah bahwa kawat dalam bra dapat membatasi aliran cairan getah bening keluar dari payudara, menyebabkan zat-zat beracun menumpuk di jaringan.

Namun, sekali lagi tidak ada bukti yang mendukung klaim ini. Sebuah penelitian pada tahun 2014 terhadap sekitar 1.500 wanita menegaskan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan bra dan kanker payudara. Dalam skenario terburuk, bra yang terlalu ketat dapat menyebabkan underwires masuk ke dalam payudara dan menyebabkan ketidaknyamanan atau pembengkakan.

Kesalahpahaman #5: Terlalu banyak mengonsumsi gula dapat menyebabkan kanker payudara

Pada semua jenis kanker, ada kesalahpahaman umum bahwa gula memberi makan kanker dan mempercepat pertumbuhannya. Semua sel, terlepas dari apakah mereka sehat atau kanker, menggunakan gula dalam darah Anda sebagai bahan bakar. Meskipun merupakan fakta bahwa sel kanker cenderung mengonsumsi gula lebih cepat daripada sel normal, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa konsumsi gula menyebabkan kanker.

Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak gula dapat menyebabkan kenaikan berat badan – dan kelebihan berat badan merupakan faktor risiko yang diketahui untuk kanker payudara.

Kesimpulan

Sangat penting untuk memiliki informasi yang memadai tentang kanker payudara sehingga Anda dapat membedakan fakta dan mitos. Meskipun demikian, satu fakta yang harus selalu Anda ingat adalah melakukan pemeriksaan secara teratur. Deteksi dini adalah kunci untuk mendapatkan lebih banyak pilihan pengobatan dan peluang bertahan hidup yang lebih tinggi. Hubungi kami untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai tes skrining kanker payudara di Singapura hari ini juga!